Pemeliharaan trafo 20 kV di lokasi industri adalah proses yang sangat penting untuk memastikan bahwa trafo beroperasi secara optimal, mencegah gangguan listrik, dan memperpanjang umur peralatan.
Berikut adalah penjelasan detail tentang pemeliharaan trafo 20 kV yang mencakup jenis-jenis pemeliharaan, prosedur, dan komponen yang diperiksa.
1. Jenis Pemeliharaan
- Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance): Pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal untuk mencegah kerusakan atau kegagalan yang tidak terduga. Ini meliputi pemeriksaan rutin, pengujian, dan perawatan.
- Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance): Pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi gangguan atau kerusakan. Tujuannya adalah memperbaiki atau mengganti komponen yang rusak.
- Pemeliharaan Prediktif (Predictive Maintenance): Pemeliharaan ini berdasarkan pemantauan kondisi trafo secara terus-menerus untuk memprediksi kapan trafo atau komponen akan mengalami kegagalan.
2. Langkah-langkah Pemeliharaan Trafo 20 kV
A. Pemeriksaan Rutin (Harian, Mingguan, Bulanan)
- Pemeriksaan Visual: Melihat kondisi fisik trafo seperti kebocoran minyak, retakan pada body trafo, kondisi bushing, kebersihan lingkungan sekitar trafo, dan adanya tanda-tanda panas berlebih.
- Pemeriksaan Level Minyak Trafo: Memastikan minyak isolasi trafo pada level yang sesuai. Minyak berfungsi sebagai media isolasi dan pendingin.
- Pemeriksaan Suhu: Memantau suhu trafo dengan melihat indikator termometer, baik untuk suhu minyak maupun suhu belitan. Suhu yang terlalu tinggi dapat menandakan masalah pendinginan atau beban yang berlebihan.
- Pemeriksaan Kebisingan: Mendengarkan suara trafo saat beroperasi. Suara yang tidak normal bisa menandakan adanya masalah mekanik atau listrik.
B. Pemeliharaan Minyak Trafo
- Uji Dielektrik Minyak: Minyak trafo harus diuji secara berkala untuk mengukur kekuatan isolasinya. Pengujian ini biasanya dilakukan menggunakan alat uji tegangan tinggi.
- Pengujian Kualitas Minyak (Dissolved Gas Analysis - DGA): Pemeriksaan kandungan gas terlarut dalam minyak, yang dapat menunjukkan adanya kerusakan dalam trafo. Misalnya, gas hidrogen (H2) yang tinggi bisa menandakan adanya pelepasan busur listrik.
- Penggantian atau Pemurnian Minyak: Jika minyak menunjukkan penurunan kualitas, maka perlu dilakukan pemurnian (filtering) atau penggantian total minyak trafo.
C. Pemeriksaan dan Pengujian Komponen Trafo
- Pemeriksaan Bushing: Memastikan bahwa bushing dalam kondisi baik, tidak ada retakan atau kotoran yang menempel. Kotoran pada bushing dapat menyebabkan flashover.
- Pengujian Resistansi Isolasi (Insulation Resistance Test): Mengukur resistansi isolasi pada lilitan trafo menggunakan alat megger. Resistansi yang rendah dapat menandakan adanya degradasi isolasi.
- Uji Transformator Ratio (Turns Ratio Test): Mengukur rasio antara lilitan primer dan sekunder untuk memastikan tidak ada lilitan yang rusak atau mengalami perubahan.
- Pengujian Tan Delta (Tan Delta Test): Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa kualitas isolasi dari komponen trafo, terutama untuk mengukur kehilangan dielektrik pada isolasi.
D. Pemeliharaan Sistem Pendinginan
- Pemeriksaan Kipas Pendingin (Cooling Fan): Jika trafo dilengkapi dengan sistem pendingin kipas, pastikan kipas berfungsi dengan baik.
- Pemeriksaan Radiator dan Pompa Minyak: Memastikan radiator tidak tersumbat oleh kotoran dan pompa minyak beroperasi dengan baik untuk sirkulasi pendinginan.
- Pengujian Sistem Pendinginan Aktif: Jika trafo menggunakan sistem pendinginan aktif (seperti oil forced cooling), pastikan semua peralatan berfungsi dengan benar dan dilakukan pengujian kebocoran pada sistem pendingin.
E. Pemeliharaan Relay Proteksi
- Pemeriksaan Relay Buchholz: Relay ini digunakan untuk mendeteksi adanya gas yang dihasilkan dari kerusakan internal pada trafo. Pemeriksaan berkala diperlukan untuk memastikan kepekaannya.
- Pemeriksaan Proteksi Overcurrent dan Differential: Relay proteksi ini melindungi trafo dari gangguan arus lebih dan perbedaan arus antara lilitan primer dan sekunder. Pemeliharaan ini meliputi uji kalibrasi dan pengujian fungsional.
F. Grounding System
- Pemeriksaan Sistem Pembumian (Grounding): Sistem pembumian pada trafo harus diperiksa untuk memastikan resistansi tanah sesuai dengan standar. Resistansi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan bahaya saat terjadi gangguan listrik.
3. Dokumentasi Pemeliharaan
Setiap langkah pemeliharaan harus didokumentasikan dengan baik, termasuk hasil pengujian, tindakan perbaikan yang dilakukan, serta waktu pemeliharaan berikutnya. Dokumentasi ini sangat penting untuk analisis tren dan perencanaan pemeliharaan yang lebih baik di masa depan.
4. Frekuensi Pemeliharaan
- Harian: Pemeriksaan visual sederhana, suhu, dan suara.
- Bulanan: Pemeriksaan lebih detail seperti level minyak, kondisi bushing, dan sistem pendinginan.
- Tahunan: Pengujian kualitas minyak, pengujian isolasi, pengujian ratio trafo, dan pemeriksaan relay proteksi.
5. Alat dan Teknologi yang Digunakan
Pemeliharaan trafo industri 20 kV sering kali memerlukan alat-alat khusus seperti megger, alat uji tan delta, gas chromatograph untuk DGA, dan infrared thermography untuk mendeteksi panas berlebih tanpa kontak fisik.
6. Keselamatan dalam Pemeliharaan
Karena pemeliharaan trafo melibatkan tegangan tinggi, keselamatan sangat penting. Teknisi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) yang sesuai, seperti sarung tangan isolasi, sepatu pelindung, dan alat ukur tegangan untuk memastikan peralatan dalam kondisi aman sebelum pemeliharaan dilakukan.
Dengan melakukan pemeliharaan secara rutin dan tepat pada trafo 20 kV di lingkungan industri, peralatan ini dapat berfungsi dengan efisien, mengurangi risiko downtime, serta mencegah potensi bahaya listrik yang dapat merugikan operasional industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar